Kota Mojokerto,wartakum7.com: Untuk mendukung ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Mojokerto, melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopukmperindag) Pemerintah Kota Mojokerto senantiasa meningkatkan kapasitas para pelaku ekraf. Diantaranya dengan membekali para pembatik professional Kota Mojokerto dan para lulusan inkubasi wirasusaha dengan pelatihan diversifikasi batik dengan teknik printing malam dingin, yang ikuti 30 orang peserta penggerajin batik yang ada di Kota Mojokerto.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat meninjau pelatihan diversifikasi batik dengan teknik printing malam dingin pada Kamis (27/10) di Gedung Workshop Alas Kaki Surodinawan menyampaikan bahwa untuk membuat batik ada berbagai teknik atau cara yang dikembangkan. Dari berbagai teknik atau cara pembuatan batik inilah yang nantinya bisa menentukan harga jual ada di level mana harga pasar yang akan diraih berdasarkan teknik tersebut.
“Kami memberikan fasilitasi pada pelaku industri kreatif bidang batik untuk bisa mendapatkan ilmu tentang berbagai jenis teknik pembuatan batik. Agar harga pasar dari level yang terendah sampai yang tertinggi nanti bisa kita layani, kita kuasai dan tidak kalah dengan harga batik dari luar Kota Mojokerto, harapaan pemerintah Kota Mojokerto semua masyarakat bisa memakai hasil produksi dari Kota Mojokerto sendiri ,” kata perempuan yang akrab disapa Ning Ita ini.Lebih jauh ia juga menyampaikan bahwa para pembatik di Kota Mojokerto juga harus menyadari bahwa batik sudah menjadi sebuah industri. Oleh karenanya juga harus secara cerdas memperhatikan batik dari sisi bisnis. “Kita akan memberikan pemahaman, karena batik sudah menjadi sebuah komoditas massal. Dan pembatik Kota Mojokerto akan bersaing dengan industri sejenis yang berasal dari berbagai daerah di luar kota Mojokerto. Bagaimana menekan harga jual itu ya harus sama dengan produk sejenis yang dihasilkan dari daerah-daerah di luar Kota Mojokerto,” tegasnya.
Dukungan pengembangan skill juga diberikan pada peserta inkubasi wirausaha bordir yang ikuti oleh 20 orang .Sejak Senin (24/10) lalu, telah berlangsung pelatihan lanjutan bagi peserta yang telah bergabung sejak tahun lalu dan masih eksis. Melalui pelatihan empat hari ini, diharapkan dapat meniningkatkan kemampuan bordir peserta, sehingga menghasilkan produksi yang lebih berdaya saing dengan daerah lain.
“Aplikasi bordir ini juga sudah begitu luas. Dulu mungkin hanya di jilbab, baju, atau taplak. Tapi sekarang, bahkan di sandal bisa diaplikasikan bordir,” ujar Ning Ita saat meninjau pelatihan bordir di Gedung Raw Material, Jalan Raya Blooto di hari yang sama.
Pihaknya juga meyakinkan kepada para wirausaha baru tersebut untuk tidak takut bersaing dengan meskipun berbagai daerah juga menawarkan produk sejenis. “Meskipun Kota Mojokerto sudah terkenal dengan industri alas kakinya, tetapi perlu ada oleh-oleh baik dari makanan khas Kota Mojokerto maupun hasil kerajinan yang lainnya. Karena ke depan kita akan menuju Kota Wisata berbasis Sejarah dan Budaya,” ungkap Ning Ita. ( END ).