Kota Mojokerto,wartakum7.com. : Hingga hari ini, kebakaran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan, Kelurahan Kedundung, Kota Mojokerto sejak Jumat (8/9) belum sepenuhnya padam. Hal tersebut tentu kemudian berimbas pada pada kesehatan warga sekitar TPA.
Menghadapi situasi tersebut, DinkesP2KB menjadi perangkat darah yang bergerak cepat dalam penanganan persoalan kesehatan yang timbul dari asap akibat kebakaran.
“Saat ini sudah ada dua posko kesehatan. Dengan petugas kesehatan yang selalu siaga 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan, termasuk dokter,” ungkap Kepala Dinkes P2KB dr. Farida Mariana saat diwawancara langsung di tengah persiapan agenda peningkatan kaapasitas Kader Motivator di MPP Gajah Mada lantai tiga, Kamis (14/9).
Lebih lanjut, ia menerangkan jika para nakes yang berjaga di posko kejadian, terbagi menjadi tiga shift yang disesuaikan dengan terend jumlah pasien. Misalnya, dalam shift malam sejak pukul 21.00-08.00 ditugaskan dua nakes, sementara shift pagi sebanyak empat nakes dan sore enam nakes.
“Itu diluar petugas PMI dan PSC. Total sehari itu sekitar 40 sampai 45-an orang seluruh tim yang stay. Masih ada juga tim untuk ambulan bergerak,” tutur dr. Farida.
Selama hampir sepekan, gejala yang paling banyak dikeluhkan warga sekitar adalah batuk-batuk, pusing, dan sesak. Bagi warga yang mengalami sesak, Dinkes P2KB menyiapkan nebulizer. Jika setelah penguapan dengan nebulizer belum mereda, maka akan dirujuk ke rumah sakit.
Berdasarkan laporan yang ada, sebanyak empat warga telah dirujuk ke rumah sakit. Hingga hari ini, tinggal satu warga yang harus dirawat inap di RS Kamar Medika.
“Semua rujukan ke RSUD Wahidin Sudirohusodo. Tapi ada satu, kemarin, dirujuk ke RS Kamar Medika. Dimanapun rujukannya, kami pastikan warga mendapat perawatan gratis,” terang dr. Farida.
Selain itu, sejak hari Minggu (9/11) juga telah dibagikan 1000 masker dan 1000 tablet vitamin. Setiap KK menerima dua strip vitamin, yang masing-masing berisi 10 tablet.
“Tren kasusnya menurun. Harapannya segera padam apinya, jadi asapanya berkurang, dan tidak muncul dampak kesehatan yang berkepanjangan,” pungkas dr. Farida. (END).